Secara umum saya lebih tertarik menjalankan sistem/teknik pemeliharaan/pembesaran sistem Organik. Namun ada beberapa teman yang bertanya tentang sistem Bioflok. Sejujurnya saya kurang memahami sistem ini karena belum pernah menerapkan dan mempraktikan sistem Bioflok. Namun hal ini tidak selalu harus jadi alasan untuk tidak berbagi ilmu. berikut ada artikel menarik tentang sistem Bioflok.
Budidaya dengan teknologi bioflok kepadatan lele dapat mencapai 1.000 ekor/m2, mampu memperoleh konversi pakan 0,8 (0,8 kg pakan membentuk 1 kg daging lele)
Kian merebaknya penggunaan teknologi bioflok, budidaya lele intensif kini dapat dilakukan di pekarangan rumah. Hal ini karena tidak perlu kolam yang luas untuk berbudidaya lele. Dengan kolam fiber berbentuk bulat berdiameter 2,5 m, Legisan sudah dapat berbudidaya lele. ”Satu kolam diameter 2,5 m saya bisa tebar 5.000 ekor lele,” tutur Legisan seorang pembudidaya lele di daerah Depok kepada TROBOS Aqua.
Legisan yang lama menjadi motivator di ESQ, mulai awal 2013 fokus menekuni budidaya lele teknologi bioflok di farm miliknya yang dinamai farm 165. Dengan luasan lahan 1.000 m2, ia dapat membuat 40 kolam dengan rata-rata luasan per kolam luas sekitar 6,25 m2. Saat ini total populasi pembesaran lele yang ada di farm 165 mencapai 200 ribu ekor. ”Nanti panen total produksi bisa sekitar 20 ton karena rata-rata SR (survival rate)/tingkat kelangsungan hidup lele di atas 90 persen,” ujar ujar lelaki asal Sumatera Utara ini semangat.
Teknis Budidaya
Sistem bioflok ini sebelumnya telah diterapkan pembudidaya lele di Pekalongan sejak 2010 lalu.
Dijelaskan Suprapto, budidaya bioflok harus ada pemberian probiotik, penambahan aerator dan sirkulator, juga tidak boleh dilakukan di kolam tanah. ”Perlu persiapan media pemeliharaan 5 - 7 hari sebelum tebar benih,” ungkap Suprapto. Secara rinci ia menjelaskan langkah persiapan kolam yang perlu dilakukan pada sistem bioflok.
Pertama isi kolam dengan ketinggian air 80 hingga 100 cm, kemudian lakukan sterilisasi air. Sterilisasi dilakukan dengan pemberian kaporit 20 - 30 gram/m3 air, lalu aerasi hingga 3 hari sampai bau kaporit hilang. Kemudian tambahkan garam 1 - 3 kg/m3 air kemudian lakukan aerasi kembali. Esok harinya berikan dolomite/kapur 100 gram/m3 air. Selanjutnya esok harinya berikan molase (tetes) 100 ml/m3 dan probitik misalnya Bacillus sp dan tambahkan pupuk.
Pupuk digunakan guna menumbuhkan plankton atau bakteri baik di kolam, tunggu sekitar 4 hari baru kemudian benih siap ditebar. ”Benih yang digunakan harus jenis yang unggul supaya memiliki daya tahan yang baik pasalnya kepadatannya sangat tinggi,” ujar Suprapto. Ia menambahkan, pemberian pakan juga harus sangat diperhatikan.
Pemberian pakan dilakukan hanya 2 kali sehari, dan selama budidaya 100 % lele diberikan pakan pelet, tidak boleh dicampur dengan yang lain. ”Pemberian pakan cukup 80 % dari tingkat kekenyangan lele,” ungkap Suprapto. Lebih lanjut ia menerangkan,untuk meningkatkan daya serap nutrisi pakan perlu dilakukan fermentasi pakan selama dua hari dengan mencampur probiotik 5cc/kg.
Analisa Usaha
Menurut legisan untuk memulai budidaya lele bioflok ini tidak memerlukan lahan yang luas dan modal yang besar. Di pekarangan rumah luasan 15 m2sudah dapat memulai dengan dua kolam. ”Satu kolam sampai panen dari mulai benih, pakan, dan bak budidaya cuma butuh investasi Rp 6,5 juta (komponen ada di tabel),” ungkap Legisan. Dari modal investasi Rp 6,5 juta bisa diperoleh keuntungan Rp 1,5 – 2 juta per kolam/bak satu siklusnya.
Satu siklus panen 2,5 – 3 bulan untuk panen ukuran ukuran 1 kg isi 10 atau 8. Ia juga membuka kemitraan bagi yang ingin berbudidaya lele bioflok. ”Kami menyediakan paket jika ada yang mau mulai budidaya Rp 6,5 juta sampai panen,” ujar Legisan mengajak terapkan sistem bioflok. Jika ingin memahami lebih jauh, Legisan juga menyediakan pelatihan bioflok di farm 165 miliknya. Kedepannya Legisan berharap, akan semakin banyak yang berbudidaya lele dengan sistem bioflok.
Sumber: http://www.trobos.com
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers